RSS

ADVENTURE to FIND FOUR BIGGEST DIAMONDS (part 2)



Kami berdua memutuskan untuk pergi ke kamar untuk meletakkan permata dan berganti pakaian piama. Sesudah kami berganti piama, kami pergi makan malam di kabin makan. Di sana telah tersedia beraneka makanan yang lezat dan mewah, diantaranya, sup krim, sphagetti bolognaise, sup asparagus, pudding stroberi dengan vla vanilla yang diberi perasan jeruk lemon, es krim stroberi, dan jus stroberi dengan es krim vanilla diatasnya. Melihatnya saja bikin kami ngiler, apalagi kalo kami makan, wah yummy betul tuh…
Sambil makan kami mengobrol.
“Wah… makanannya enak dan mewah sekali.” ucapku kagum.
“Iya… makanan buatan koki kapal, dijamin kamu bakalan nambah berpiring-piring tuh…” kata Dundana bangga.
“Hehehehe….. kamu betul banget dech… rasanya pingin nambah 3 mangkok lagi nich…” ucapku iseng.
“Jangan! Nanti awak kapal yang lain makan apa dong?” cegah Dundana.
“Iya…iya… nek.” kataku menggodanya.
“Uhh… awas kamu!” ancam Dundana main-main.
Seusai makan malam, kami pergi ke kabin tidur kami. Sebelum tidur kami bersantai dulu di dekat pagar kapal untuk menikmati malam yang indah di tengah laut yang cukup menyeramkan itu sambil mengobrol.
“Kira-kira Mommy, Daddy sama Khelly lagi ngapain ya? Aku kangen sama kalian.” desahku sedih.
“Jangan sedih Cal. Aku yakin kamu akan ketemu lagi sama mereka, aku yakin.” hibur Dundana.
“Iya. Eh sudah malam, ayo tidur, besok kita harus nyari permata red fire yang hanya ada di hutan tengah laut pasifik.” ajakku.
 “Okey-dokey.” sahut Dundana mengikuti gayaku.
Akhirnya kami sampai di kamar. Tanpa dikomando, kami langsung naik ke tempat tidur dan langsung terlelap, kami bermimpi indah sekali…
Mimpiku:
Aku bertemu dengan Westlife, Maher Zein, Prof.Amien Rais, dan para penemu atau orang-orang penting yang bersejarah.
Mimpi Dundana:
Menjadi seorang Panglima Perang kerajaan terkuat di DUNIA. Sangat hebat dan tak tertandingi.
“Bangunnn!! Ada hutan api di depan! Cepat putar haluan!”
Mendengar seruan tersebut aku langsung keluar dan pergi ke ruang kemudi untuk mencegah nakhoda dan menjelaskan bahwa kita jangan memutar haluan, karena kita mencari permata red fire yang kami butuhkan.
“Baik Nona, saya akan meminta 5 orang awak kapal untuk menemani anda pergi ke hutan tersebut.” kata sang nakhoda.
“Terima kasih, saya akan bersiap dulu.” sahutku.
Aku bergegas lari ke kabin untuk menyiapkan kantong sutra, pedang, panah, belati,dan perlengkapan lainnya.
Tiba-tiba…
“Cal, kamu ngapain?” tanya seseorang.
Aku menoleh sambil berkata “Kamu kenapa terbangun? Aku mau ke hutan itu untuk mencari permata red fire itu.”
“Aku ikut!” sahut Dundana sambil bangkit dan ikut merapikan barang-barangnya.
“JANGAN DUNDANA!” cegahku sambil berteriak.
“Sekarang giliranku.” sambungku
“Lho… ku ingin ikut poko’nya! Meski sekarang giliranmu!” sahutnya
Akhirnya kami berdua berangkat ditemani 5 orang awak kapal. Sekarang kami telah berada di hutan yang diberi nama big fire forest itu. Dijalan kami melihat terdapat beraneka macam tumbuhan yang indah sekali. Kami berusaha mencari sebuah gua yang ada pohon kelapa besar di depannya.
Tiba-tiba aku menemukan sebuah peta dibawah kakiku ketika aku terjatuh di depan sebuah pohon kelapa yang besar sekali. Ketika kubaca, ada tulisan berbunyi
Hati-hati! 2 meter lagi akan ada jebakan
Jebakan ada ditempat permatanya
Permata akan melayang
Dan hutan akan terbakar
Aku segera memberikan kertas tersebut kepada Dundana yang kebingungan mencari pohon kelapa besar di tengah hutan.
“Dundana, aku menemukan ini sewaktu jatuh di depan pohon kelapa yang guuuuedeeeeeee….. banget.” terangku.
              “Apaa?! Pohon kelapa besar?! Coba antar kami kesana dong!” teriak Dundana keras banget.
 “Ayo! Ikuti aku!” ajakku sambil berlari ke tempat aku jatuh tadi.
Kami berlari tanpa memedulikan sekitar yang penuh dengan pohon yang menyeramkan. Tak lama kemudian, kami sampai di tempat aku terjatuh. Dundana langsung melihat keadaan sekitar. Tiba-tiba!...
“Heii, itukah gua yang ada di peta?” tanyaku pada Dundana.
“Mungkin, aku akan memeriksa bagian dalamnya, siapa tahu permata itu ada disana.” sahut Dundana.
“Tidak! Kita harus berdua!” kataku keras kepala.
“Hhhh… baiklah, ayo kita masuk bersama-sama.” ajaknya kepadaku.
Kemudian kami mengeluarkan topi lampu, senter, kantongnya, pedang dan panah. Didalam kami melihat kelelawar bergelantungan, stalaktit dan stalagmite yang lancip dan menyeramkan. Tak lama kemudian kami melihat cahaya yang sangat amat terang, setelah kami lihat ternyata ada sebuah lobang  kecil dan diatasnya terdapat sebuah permata merah yang berkilau terang dan indah sekaliiii.
Tanpa pikir panjang kami potong lobangnya, tetapi permatanya ada diatasnya, kami sengaja melakukannya agar hutan tidak terbakar dan permatanya tidak melayang dan hilang. Sesudah mengambilnya kami segera berlari keluar gua.
Sesampainya diluar, kami langsung mengajak awak kapal yang ikut kami untuk segera kembali ke kapal dan segera meninggalkan hutan itu. Sambil berlari terbirit-birit kami kembali ke kapal secepatnya. Saat sampai kapal 2 orang  awak kapal yang tinggal menghampiri kami untuk membantu melepaskan perlengkapan yang kami pakai.
“Dundana, tanah ini kita buang tidak?” tanyaku seraya berbisik.
“Coba kamu lepas aja dulu, tapi pelan-pelan aja. Ayo kubantu, tapi dikamar aja.” ajaknya.  
“Okey-dokey.” sahutku sambil berlari beriringan dengannya.
Sesampainya di kabin…
“Ayo kita lepaskan pelan-pelan.” ajakku kepadanya.
“Yak yuk yak.” sahutnya sambil melepaskan tanah yang menempel.
Sesudah tanahnya dilepas, terjadi keajaiban… tahukah kamu apa itu?
Tanahnya berubah menjadi sebuah permatajuga, yang kata Dundana namanya brown soil. Sekarang 3 buah permata inti telah kami dapatkan, sekarang tinggal pergi ke sebuah menara yang berada di pinggir pantai yang sulit dilalui.
“Du….Dundana… ta… tanahnya…” kataku gugup.
“I,iya kok bisa?” tanyanya balik.
Aku mengamati permata cokelat tadi,
“Hei… coba kita satuin ketiga permata tersebut, siapa tahu kita bisa nyampe lebih cepet tuch…” ucapku.
“Ayo kita coba.” Dundana mengiakan.
Kami berdua mencoba untuk menyatukan ketiga permata yang telah kami dapatkan. Hasilnya…..
Secara tiba-tiba kapal kami terangkat dan melesat secara otomatis dan cepat, dan tanpa kami sadari kami telah berada di atas menara tempat kami untuk menyatukan ketiga permata itu, agar aku bisa kembali ke bumi (habis aku ada di planet saturnus yang bagian cincinnya).
Saat kami berdua keluar, kami melihat sebuah batu yang menyerupai meja, dan diatasnya ada 4 lobang kecil, 3 lobang membentuk segitiga, sedangkan satu lagi berada ditengah, dan ukurannya sama semua. Aku membuka kantong sutra dan mengeluarkan ketiga permata itu untuk meletakkannya di ketiga lobang yang membentuk segitiga, setelah kami meletakkan ketiganya, secara tiba-tiba berubah menjadi sebuah permata putih yang namanya white air, sesudah berubah aku meletakkannya di tengah dan muncul cahaya yang amat terang, dan sebuah pintu gerbang berwarna beda, yang kanan putih perak, sedangkan yang kiri warna emas.
“Dundana… selamat tinggal, semoga kita bisa ketemu lagi ya…” kataku sedih.
“Aku juga Cal, I’ll miss you forever.” balas Dundana berkaca-kaca.
Aku melambaikan tanganku sambil memasuki pintu gerbang yang terbuka lebar.
Ketika berjalan….aku mendengar suara bergemuruh. Kulihat pintu gerbang yang kulewati seakan-akan mau runtuh. Akupun lari sekencang-kencangnya agar tidak terkena runtuhan pintu gerbang.
Suara gemuruh pun terdengar semakin keras. Akupun terjatuh, dan runtuhan gerbang menimpaku, akupun berteriak…..
Sayup-sayup kudengar suara….
“KAKAKKKK!!!! Woiiiiii…..Gantian dooong kamar mandinya. Jangan ngayal terus dong!” teriak seseorang. Sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
“Mandi sampe 3 jam, ngapain aja?!” sambungnya
Saat aku tersadar…. ternyata suara adikku, Elizabeth Khelly Azizah, adik perempuanku yang cerewetnya minta ampun.
“Iya iya nenek sihir, habis gara-gara mommy beliin aku sampo, sabun, odol, sikat gigi, conditioner, sama cologne Cussons Kidz aku jadi seneng ngayal, terus akukan bisa bikin cerita!” jawabku tak kalah keras.
“Sudah-sudah, ayo kakak cepet ganti baju adik belajar di kamar sana.” lerai mom.
Akhirnya aku ganti baju dan pergi tidur sekarang, karena sudah balik ke bumi, tepatnya dirumahku.
Hehehe….gara-gara mandi dengan produk cussons kids, aku jadi tambah semangat mandi. Dan takperlu disuruh-suruh untuk membersihkan diri.
Terimakasih Cussons kids, karena kamu….aku semakin bersih, sehat dan wangiiiiii…..

-THE END-

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 Cipta Pradipta. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy