Kami
berdua memutuskan untuk pergi ke kamar untuk meletakkan permata dan berganti
pakaian piama. Sesudah kami berganti piama, kami pergi makan malam di kabin
makan. Di sana telah tersedia beraneka makanan yang lezat dan mewah,
diantaranya, sup krim, sphagetti bolognaise, sup asparagus, pudding stroberi
dengan vla vanilla yang diberi perasan jeruk lemon, es krim stroberi, dan jus
stroberi dengan es krim vanilla diatasnya. Melihatnya saja bikin kami ngiler,
apalagi kalo kami makan, wah yummy betul tuh…
Sambil
makan kami mengobrol.
“Wah…
makanannya enak dan mewah sekali.” ucapku kagum.
“Iya…
makanan buatan koki kapal, dijamin kamu bakalan nambah berpiring-piring tuh…”
kata Dundana bangga.
“Hehehehe…..
kamu betul banget dech… rasanya pingin nambah 3 mangkok lagi nich…” ucapku
iseng.
“Jangan!
Nanti awak kapal yang lain makan apa dong?” cegah Dundana.
“Iya…iya…
nek.” kataku menggodanya.
“Uhh…
awas kamu!” ancam Dundana main-main.
Seusai
makan malam, kami pergi ke kabin tidur kami. Sebelum tidur kami bersantai dulu
di dekat pagar kapal untuk menikmati malam yang indah di tengah laut yang cukup
menyeramkan itu sambil mengobrol.
“Kira-kira
Mommy, Daddy sama Khelly lagi ngapain ya? Aku kangen sama kalian.” desahku
sedih.
“Jangan
sedih Cal. Aku yakin kamu akan ketemu lagi sama mereka, aku yakin.” hibur
Dundana.
“Iya.
Eh sudah malam, ayo tidur, besok kita harus nyari permata red fire yang hanya ada di hutan tengah laut pasifik.” ajakku.
“Okey-dokey.” sahut Dundana mengikuti gayaku.
Akhirnya
kami sampai di kamar. Tanpa dikomando, kami langsung naik ke tempat tidur dan
langsung terlelap, kami bermimpi indah sekali…
Mimpiku:
Aku
bertemu dengan Westlife, Maher Zein, Prof.Amien Rais, dan para penemu atau
orang-orang penting yang bersejarah.
Mimpi
Dundana:
Menjadi
seorang Panglima Perang kerajaan terkuat di DUNIA. Sangat hebat dan tak
tertandingi.
“Bangunnn!!
Ada hutan api di depan! Cepat putar haluan!”
Mendengar
seruan tersebut aku langsung keluar dan pergi ke ruang kemudi untuk mencegah
nakhoda dan menjelaskan bahwa kita jangan memutar haluan, karena kita mencari
permata red fire yang kami butuhkan.
“Baik
Nona, saya akan meminta 5 orang awak kapal untuk menemani anda pergi ke hutan
tersebut.” kata sang nakhoda.
“Terima
kasih, saya akan bersiap dulu.” sahutku.
Aku
bergegas lari ke kabin untuk menyiapkan kantong sutra, pedang, panah,
belati,dan perlengkapan lainnya.
Tiba-tiba…
“Cal,
kamu ngapain?” tanya seseorang.
Aku
menoleh sambil berkata “Kamu kenapa terbangun? Aku mau ke hutan itu untuk
mencari permata red fire itu.”
“Aku
ikut!” sahut Dundana sambil bangkit dan ikut merapikan barang-barangnya.
“JANGAN
DUNDANA!” cegahku sambil berteriak.
“Sekarang
giliranku.” sambungku
“Lho…
ku ingin ikut poko’nya! Meski sekarang giliranmu!” sahutnya
Akhirnya
kami berdua berangkat ditemani 5 orang awak kapal. Sekarang kami telah berada
di hutan yang diberi nama big fire forest
itu. Dijalan kami melihat terdapat beraneka macam tumbuhan yang indah sekali.
Kami berusaha mencari sebuah gua yang ada pohon kelapa besar di depannya.
Tiba-tiba
aku menemukan sebuah peta dibawah kakiku ketika aku terjatuh di depan sebuah
pohon kelapa yang besar sekali. Ketika kubaca, ada tulisan berbunyi
Hati-hati!
2 meter lagi akan ada jebakan
Jebakan
ada ditempat permatanya
Permata
akan melayang
Dan
hutan akan terbakar
Aku
segera memberikan kertas tersebut kepada Dundana yang kebingungan mencari pohon
kelapa besar di tengah hutan.
“Dundana,
aku menemukan ini sewaktu jatuh di depan pohon kelapa yang guuuuedeeeeeee…..
banget.” terangku.
“Apaa?! Pohon kelapa besar?! Coba antar kami kesana dong!” teriak
Dundana keras banget.
“Ayo! Ikuti aku!” ajakku sambil berlari ke
tempat aku jatuh tadi.
Kami
berlari tanpa memedulikan sekitar yang penuh dengan pohon yang menyeramkan. Tak
lama kemudian, kami sampai di tempat aku terjatuh. Dundana langsung melihat
keadaan sekitar. Tiba-tiba!...
“Heii,
itukah gua yang ada di peta?” tanyaku pada Dundana.
“Mungkin,
aku akan memeriksa bagian dalamnya, siapa tahu permata itu ada disana.” sahut
Dundana.
“Tidak!
Kita harus berdua!” kataku keras kepala.
“Hhhh…
baiklah, ayo kita masuk bersama-sama.” ajaknya kepadaku.
Kemudian
kami mengeluarkan topi lampu, senter, kantongnya, pedang dan panah. Didalam
kami melihat kelelawar bergelantungan, stalaktit dan stalagmite yang lancip dan
menyeramkan. Tak lama kemudian kami melihat cahaya yang sangat amat terang,
setelah kami lihat ternyata ada sebuah lobang
kecil dan diatasnya terdapat sebuah permata merah yang berkilau terang
dan indah sekaliiii.
Tanpa
pikir panjang kami potong lobangnya, tetapi permatanya ada diatasnya, kami
sengaja melakukannya agar hutan tidak terbakar dan permatanya tidak melayang
dan hilang. Sesudah mengambilnya kami segera berlari keluar gua.
Sesampainya
diluar, kami langsung mengajak awak kapal yang ikut kami untuk segera kembali
ke kapal dan segera meninggalkan hutan itu. Sambil berlari terbirit-birit kami
kembali ke kapal secepatnya. Saat sampai kapal 2 orang awak kapal yang tinggal menghampiri kami
untuk membantu melepaskan perlengkapan yang kami pakai.
“Dundana,
tanah ini kita buang tidak?” tanyaku seraya berbisik.
“Coba
kamu lepas aja dulu, tapi pelan-pelan aja. Ayo kubantu, tapi dikamar aja.”
ajaknya.
“Okey-dokey.”
sahutku sambil berlari beriringan dengannya.
Sesampainya
di kabin…
“Ayo
kita lepaskan pelan-pelan.” ajakku kepadanya.
“Yak
yuk yak.” sahutnya sambil melepaskan tanah yang menempel.
Sesudah
tanahnya dilepas, terjadi keajaiban… tahukah kamu apa itu?
Tanahnya
berubah menjadi sebuah permatajuga, yang kata Dundana namanya brown soil. Sekarang 3 buah permata inti
telah kami dapatkan, sekarang tinggal pergi ke sebuah menara yang berada di pinggir
pantai yang sulit dilalui.
“Du….Dundana…
ta… tanahnya…” kataku gugup.
“I,iya
kok bisa?” tanyanya balik.
Aku
mengamati permata cokelat tadi,
“Hei…
coba kita satuin ketiga permata tersebut, siapa tahu kita bisa nyampe lebih
cepet tuch…” ucapku.
“Ayo
kita coba.” Dundana mengiakan.
Kami
berdua mencoba untuk menyatukan ketiga permata yang telah kami dapatkan.
Hasilnya…..
Secara
tiba-tiba kapal kami terangkat dan melesat secara otomatis dan cepat, dan tanpa
kami sadari kami telah berada di atas menara tempat kami untuk menyatukan
ketiga permata itu, agar aku bisa kembali ke bumi (habis aku ada di planet
saturnus yang bagian cincinnya).
Saat
kami berdua keluar, kami melihat sebuah batu yang menyerupai meja, dan
diatasnya ada 4 lobang kecil, 3 lobang membentuk segitiga, sedangkan satu lagi
berada ditengah, dan ukurannya sama semua. Aku membuka kantong sutra dan
mengeluarkan ketiga permata itu untuk meletakkannya di ketiga lobang yang
membentuk segitiga, setelah kami meletakkan ketiganya, secara tiba-tiba berubah
menjadi sebuah permata putih yang namanya white
air, sesudah berubah aku meletakkannya di tengah dan muncul cahaya yang
amat terang, dan sebuah pintu gerbang berwarna beda, yang kanan putih perak,
sedangkan yang kiri warna emas.
“Dundana…
selamat tinggal, semoga kita bisa ketemu lagi ya…” kataku sedih.
“Aku
juga Cal, I’ll miss you forever.” balas Dundana berkaca-kaca.
Aku
melambaikan tanganku sambil memasuki pintu gerbang yang terbuka lebar.
Ketika
berjalan….aku mendengar suara bergemuruh. Kulihat pintu gerbang yang kulewati
seakan-akan mau runtuh. Akupun lari sekencang-kencangnya agar tidak terkena
runtuhan pintu gerbang.
Suara
gemuruh pun terdengar semakin keras. Akupun terjatuh, dan runtuhan gerbang
menimpaku, akupun berteriak…..
Sayup-sayup
kudengar suara….
“KAKAKKKK!!!!
Woiiiiii…..Gantian dooong kamar mandinya. Jangan ngayal terus dong!” teriak
seseorang. Sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
“Mandi
sampe 3 jam, ngapain aja?!” sambungnya
Saat
aku tersadar…. ternyata suara adikku, Elizabeth Khelly Azizah, adik perempuanku
yang cerewetnya minta ampun.
“Iya
iya nenek sihir, habis gara-gara mommy beliin aku sampo, sabun, odol, sikat
gigi, conditioner, sama cologne Cussons Kidz aku jadi seneng ngayal, terus
akukan bisa bikin cerita!” jawabku tak kalah keras.
“Sudah-sudah,
ayo kakak cepet ganti baju adik belajar di kamar sana.” lerai mom.
Akhirnya
aku ganti baju dan pergi tidur sekarang, karena sudah balik ke bumi, tepatnya
dirumahku.
Hehehe….gara-gara
mandi dengan produk cussons kids, aku jadi tambah semangat mandi. Dan takperlu
disuruh-suruh untuk membersihkan diri.
Terimakasih
Cussons kids, karena kamu….aku semakin bersih, sehat dan wangiiiiii…..
-THE END-
0 komentar:
Posting Komentar